A.Sejarah Singkat
PANTI ASUHAN TAMBATAN
HATI
Panti
Asuhan Tambatan Hati didirikan pada tangga 11 Agustus 1949 atas gagasan dari
perkumpulan wanita Budi Istri Pusat Bandung. Latar belakang berdirinya Panti
Asuhan Tambatan Hati ialah karena pada masa itu banyak anak-anak yang
kehilangan orang tuanya akibat terjadinya revolusi. Perkumpulan wanita Budi
Istri Bandung bergerak untuk mendirikan rumah yang dapat menampung anak-anak
tersebut.
Perkumpulan
Budi Istri Pusat Bandung mengajak organisasi wanita lainnya diantaranya
PERKIWA, Alsyah Persis Istri, NU, Persatuan Putri Indonesia, Wargi Istri
Kristen, Serikat Pelajar Indonesia, Partai Rakyat Pasundan, dan Pikat
(Percintaan Ibu Kepada Anak Keturunan). Gabungan organisasi-organisasi wanita
tersebut sepakat untuk mendirikan Yayasan Tambatan Hati. Nama ini diberikan
karena memiliki arti sebagai rasa ikatan cinta kasih dari para ibu-ibu yang
melihat anak-anak yatim piatu korban revolsi, yang diwujudkan dalam bentuk
rumah sebagai pusat pendewasaan dan pengembangan anak-anak agar menjadi manusia
yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, Negara dan agama.
Pendirian
Panti Asuhan tersebut diajukan melalui permohonan bantuan keuangan kepata
Brytain Sellingen Find yang sekarang diganti menjadi Yayasan Dana Sosial. Oleh
Yayasan Tambatan Hati pada tahun 1949 sumbangan dari yayasan tersebut digunakan
untuk membeli sebuah rumah bekas Ni Rom, yang letaknya di jalan Moh.Toha No.63
Bandung dengan luas tanah +/- 100 anak dari berbagai suku yang ada di Indonesia
dengan jumlah pegawai sebanyak 14 orang.
Panti
Asuhan Tambatan Hati resmi mulai menerima anak-anak asuh untuk tahap awal
sebanyak 100 anak pada tahun 1950. Anak-anak tersebut berasal dari hasil
seleksi Jawatan Sosial atau Poklisi Pamong Praja dan pindahan dari Panti Asuhan
Taruna Negara Cibabat.
Proritas
anak asuh yang diterima panti asuhan Tambatan Hati sesuai dengan cita-cita dari
Budi Istri Pusat Bandung yaitu anak-anak yang terlantar akibat kehilangan orang
tua dan saudaranya pada saat revolusi, korban keganasan gembong Kartosuwiryo
ataupun bencana alam lainnya.
Panti
Asuhan Tambatan Hati dalam kegiatan pelaksanaannya banyak mengalami hambatan,
terutama pada tahun 1970 Panti Asuhan Tambatan Hati mengalami kesulitan
keuangan, hal ini terjadi sebagai dampak dari peristiwa G 30 S/PKI sehingga
pada bulan Juli 1972 pindah ke jalan Galunggung No.23 Bandung. Ditempat ini
panti mulai memperbaiki pola pelayanan terhadap anak maupun dalam penyelekseian
anak.
Rumah
dijalan Galunggung No.23 Bandung, meiliki luas tanah 825 m2 dan relative agak
kecil, maka jumlah kapasitas tampungnya pun berkurang menjadi 50 anak dengan 6
pengasuh. Pengurangan jumlah anak asuh ini, selain kurang luasnya rumah
penampung juga karena penyeleksian yang relative ketat lagi terhadap anak yang
mau menjadi anak asuh, hal ini dimaksudkan karena banyak mereka yang diambil
lagi oleh keluarganya atau ahli warisnya atau anak asuh melarikan diri dari
panti asuhan, sementara pelayanan berlangsung. Hal ini akan mengganggu proses
pelayanan terhadap yang lainnya ataupun lembaga panti asuhan sendiri.